
Akhir-akhir ini berita kematian mendadak setelah melakukan aktivitas
olahraga kerap terjadi. Sebelumnya beberapa tokoh selebriti Indonesia
juga mengalami hal serupa. Pasalnya, hal ini terkadang tidak diduga
mengingat selama ini olahraga dianggap sebagai bagian penting dalam
menjaga kesehatan tubuh. Sebuah pertanyaan pun muncul, apakah olahraga
meningkatkan resiko kematian mendadak?
Banyak para
peneliti melakukan reseach tentang apakah benar olahraga meningkatkan
kematian mendadak. RJ Northcote, dkk misalnya, mereka meneliti kematian
mendadak pada 60 respondeen yang meninggal setelah melakukan olahraga
squash. Hasilnya menyimpulkan 51 kasus kematian disebabkan oleh masalah
arteri koroner, 4 kasus karena katup jantung dan 2 kasus karena aritmia (www.majalahkesehatan.com).
Dalam penelitian ini terlihat, adanya kemungkinan olahraga meningkatkan
resiko kematian mendadak, jika olahraga tersebut dilakukan terlalu
memforsir dan menimbulkan stress.
Penyakit Jantung Sebagai Penyebab Kematian Mendadak Pasca Olahraga
Pada umumnya penyebab kematian mendadak pasca olahraga adalah
penyakit kardiovaskular, dan terjadi pada orang yang melakukan olahraga
kompetitif, seperti sepak bola, futsal, berenang, tenis atau lari
maraton. Hal ini menunjukkan, bahwa orang yang secara fisik terlihat
sehat pun memerlukan pemeriksaan penunjang. Penyakit jantung bisa juga
timbul karena adanya keturunan, tentunya hal ini harus diketahui setiap
orang, terutama bagi mereka yang memiliki resiko.
Dinamika ini
menimbulkan kekhawatiran di antara eksekutif muda yang berusia kisaran
20-40 tahun, karena kejadian ini banyak menyerang pria usia 20-40 tahun.
Gaya hidup serba instan kerap menjadi pemicu. Olahraga sebenarnya bukan
menjadi pemicu masalah, karena banyak penelitian yang membuktikan bahwa
tidak pernah berolahraga meningkatkan resiko penyakit jantung 3 kali
lipat lebih banyak dari yang berolahraga. Namun, perlu diperhatikan,
bahwa olahraga juga sebaiknya dilakukan sesuai dengan kondisi.
Mengukur kondisi
tubuh saat berolahraga mampu mengurangi kemungkinan olahraga
meningkatkan ressiko kematian mendadak. Pada saat latihan berat
dilakukan, terkadang terjadi keram otot jantung ataupun kejang arteri
koroner. Hal ini biasa terjadi jika awal olahraga langsung dengan
latihan berat. Keram otot jantung dan kejang arteri ini berkontribusi
pada kurangnya pasokan oksigen ke jantung. Ini mungkin menjagi
mekanisme mengapa olahraga meningkatkan resiko kematian mendadak.
Sensitif terhadap
tanda-tanda masalah jantung harus bisa dirasakan. Banyak kematian
mendadakk setelah olahraga, yang sebenarnya sudah memberikan gejala
sebelum olahraga itu dilakukan. Sakit perut tiba-tiba, sakit dada ringan
dan sesak napas ringan adalah gejala yang kerap diabaikan.
Menurunkan Kemungkinan Olahraga Meningkatkan Resiko Kematian Mendadak
Walaupun beberapa kejadian olahraga dan kematian mendadak terjadi,
bukan berarti olahraga sebagai satu satunya pemicu, dan bukan berarti
olahraga menjadi sebuah masalah. Penelitian mengungkapkan orang-orang
yang mengetahui memiliki penyakit kardiovaskuler, akan terbantu dengan
olahraga teratur. Walapun, pada kasus orang yang memiliki penyakit
jantung, resiko kematian mungkin terjadi sesudah berolahraga yang
diforsir tidak sesuai kondisi.
Untuk itu, pada
beberapa orang yangmemiliki faktor resiko, ada baiknya untuk senantiasa
memulai olahraga dengan yang ringan-ringan terlebih dahulu. Menghitung
denyut nadi pada saat awal dan sesudah pemanasan baiknya dilakukan, hal
ini untuk menilai apakah selama olahraga nanti jantung anda tidak akan
terlalu lelah mensuplai oksigen untuk tubuh.
Pemeriksaan jantung
juga sebaiknya dilakuan, terlebih bagi mereka yang kerap merasakan
gejala seperti sesak napas dan nyeri dada, walaupun hanya sebentar.
Mereka yang memiliki keturunan juga sebaiknya melakukan pemeriksaan
jantung.
Walaupun dalam
beberapa kasus olahraga meningkatkan resiko kematian mendadak, perlu
diingat gaya hidup sehari-hari bisa mendukung hal tersebut. Kolesterol
tinggi karena asupan makanan yang salah, merokok, stress dan kurang
tidur adalah hal-hal yang berpotensi menurunkan produktivitas kerja
jantung.
source: sini
Komentar
Posting Komentar